Puisi-Puisi Eddy Syahrial


EDELWEISS ITU TAK CANTIK LAGI

Edelweiss  dapat tumbuh di tanah yang gersang 
tumbuh kokoh walaupun tanpa penghalang
Di bebatuan keras di pegunungan mekar dengan indahnya
Semerbak harum ciri khasnya
Tetap tersenyum manis walaupun sering diterpa gerimis
Tak mudah layu walau ditimpa terik panas menderu
Berlenggok anggun ke kiri ke kanan
Menari-nari saat angin datang
Berdansa dengan udara kabut lembutpun menepukkan tangannya
katak dan burung ikut riang gembira

Edelweiss cantik yang hidupnya bahagia
Dengan sang kekasih ialah gunung yang selalu menjaganya
Bukannya kondisi alam yang jadi saingannya 
melainkan sosok pria tampan yang disebut manusia
Sesaat tangan seorang pria datang  memetik 
yang akan dibawah ke kota untuk pujaan hatinya
Sang kekasih gunung bersedih, marah, kecewa 
ternyata bukan alam itu yang kejam
Tetapi manusia itu sendiri

PENGEMBARA RASA

Berjalan menapaki daratan
Membuat jejak di tanah dan bebatuan
Dimulai dari langkah pertama
Hingga ke penghujung mata arah
Bertemankan Tuan dan Nyonya

Mengarungi lautan luas
Menyelam ke dunia tanpa batas
berenang bebas sampai puas
Ditemani penghuni laut yang jinak dan buas

Mendaki gunung yang tinggi
Langkah demi langkah kutapaki
Bergelut dengan kejamnya hutan rimba
Tetap terjaga dari penghuni hutan yang ada

Menyusuri bentuk danau yang indah
Mitosnya sang bidadari membasuh lelah
Riak air riuh menelusuri pembulu
Emosi teredam padam

Membasuh diri di air terjun tinggi
Jatuh bersamaan dengan keindahan
Dihiasi pelangi warna warni


TAKDIR MENGUBAH HADIR 

Waktu terus berputar
Membuatku terpukul rasa sadar
Impian yang diukir bersama
Seakan memudar dengan kenangan 
Dengan rasa sadar
Rasa dulu pacar
Sekarang tak ingin mendengar kabar
Sudah lain tempat kepalamu bersandar
Sekelebat kenangan berputar di otakku
Yang endingnya bahagia layaknya 
film di fikiranku
Tentang dua sejoli dimabuk cinta
Menyusun mimpi indah sembari tertawa
Aku tahu ending dari film itu
Tapi tidak dengan takdir cintaku
Aku tahu kau masih mencintaiku
Tapi mungkin kau telah memilih takdirmu


UNTUK PEREMPUAN BERMATA API

Cantikmu bijaksana.
Senyummu bersahajaa.
Tutur katamu bernada rendah
Dibarengi tawa riang gembira
Belum kutemukan darimu apa itu salah
Jika itu ada aku akan memelukmu 
tanpa berkata

Memang benar cinta datang dari mata
dan aku terperangkap di dalamnya
Terjerumus jatuh ditarik senyummu
Nona manis dengan ramuan kopi pahitnya
Alat dan kopi seakan teman bermain 
Tak perlu resah
Senyumannya sudah berdampingan dengan kopinya
Aku mendapatkan keduanya dalam satu seduhan rasa
Leburan biji kopi pahit dipadu perasaan 
Sedikit, jadilah penawar rasa sakit
Pengubah gunda jadi bahagia.
Wahai nona dengan hujannya
Membasahi tubuh dengan airnya
Meneteskan deras bahagiaa.
Wahai nona dengan bunga mataharinya
Memancarkan ceria dengan kemilau bahagianya
Semoga tetap mekar dengan indahnya
Ada api dalam matanya, membara kecil
Sangat hangat 
Ada air pada senyumnya, sejuk dingin terasa
Jika api menyengat, air sebagai pereda nyala
dan aku ingin menjadi air itu.


Eddy Syahrial tinggal di Padangsidimpuan, suka naik gunung, dan mencintai embun pagi. 







1 komentar :