Edelweiss dapat tumbuh di tanah yang gersang
tumbuh kokoh walaupun tanpa penghalang
Di bebatuan keras di pegunungan mekar dengan indahnya
Semerbak harum ciri khasnya
Tetap tersenyum manis walaupun sering diterpa gerimis
Tak mudah layu walau ditimpa terik panas menderu
Berlenggok anggun ke kiri ke kanan
Menari-nari saat angin datang
Berdansa dengan udara kabut lembutpun menepukkan tangannya
katak dan burung ikut riang gembira
Edelweiss cantik yang hidupnya bahagia
Dengan sang kekasih ialah gunung yang selalu menjaganya
Bukannya kondisi alam yang jadi saingannya
melainkan sosok pria tampan yang disebut manusia
Sesaat tangan seorang pria datang memetik
yang akan dibawah ke kota untuk pujaan hatinya
Sang kekasih gunung bersedih, marah, kecewa
ternyata bukan alam itu yang kejam
Tetapi manusia itu sendiri
PENGEMBARA RASA
Berjalan menapaki daratan
Membuat jejak di tanah dan bebatuan
Dimulai dari langkah pertama
Hingga ke penghujung mata arah
Bertemankan Tuan dan Nyonya
Mengarungi lautan luas
Menyelam ke dunia tanpa batas
berenang bebas sampai puas
Ditemani penghuni laut yang jinak dan buas
Mendaki gunung yang tinggi
Langkah demi langkah kutapaki
Bergelut dengan kejamnya hutan rimba
Tetap terjaga dari penghuni hutan yang ada
Menyusuri bentuk danau yang indah
Mitosnya sang bidadari membasuh lelah
Riak air riuh menelusuri pembulu
Emosi teredam padam
Membasuh diri di air terjun tinggi
Jatuh bersamaan dengan keindahan
Dihiasi pelangi warna warni
TAKDIR MENGUBAH HADIR
Waktu terus berputar
Membuatku terpukul rasa sadar
Impian yang diukir bersama
Seakan memudar dengan kenangan
Dengan rasa sadar
Rasa dulu pacar
Sekarang tak ingin mendengar kabar
Sudah lain tempat kepalamu bersandar
Sekelebat kenangan berputar di otakku
Yang endingnya bahagia layaknya
film di fikiranku
Tentang dua sejoli dimabuk cinta
Menyusun mimpi indah sembari tertawa
Aku tahu ending dari film itu
Tapi tidak dengan takdir cintaku
Aku tahu kau masih mencintaiku
Tapi mungkin kau telah memilih takdirmu
UNTUK PEREMPUAN BERMATA API
Cantikmu bijaksana.
Senyummu bersahajaa.
Tutur katamu bernada rendah
Dibarengi tawa riang gembira
Belum kutemukan darimu apa itu salah
Jika itu ada aku akan memelukmu
tanpa berkata
Memang benar cinta datang dari mata
dan aku terperangkap di dalamnya
Terjerumus jatuh ditarik senyummu
Nona manis dengan ramuan kopi pahitnya
Alat dan kopi seakan teman bermain
Tak perlu resah
Senyumannya sudah berdampingan dengan kopinya
Aku mendapatkan keduanya dalam satu seduhan rasa
Leburan biji kopi pahit dipadu perasaan
Sedikit, jadilah penawar rasa sakit
Pengubah gunda jadi bahagia.
Wahai nona dengan hujannya
Membasahi tubuh dengan airnya
Meneteskan deras bahagiaa.
Wahai nona dengan bunga mataharinya
Memancarkan ceria dengan kemilau bahagianya
Semoga tetap mekar dengan indahnya
Ada api dalam matanya, membara kecil
Sangat hangat
Ada air pada senyumnya, sejuk dingin terasa
Jika api menyengat, air sebagai pereda nyala
dan aku ingin menjadi air itu.
Selamat dan sukses Abang Edy 🙏🙏🙌
BalasHapus